Diposkan pada Cerita Sehari-hari

A Young Pregnant Mother. Did you think first before got pregnant?

pregnant

Kali ini saya pengin cerita tentang praktik klinik yang sedang saya jalani. Berhubung di salah satu postingan saya bilang saya lagi sibuk sama praktik klinik, oke saya putuskan untuk cerita saja tentang pengalaman praktik. Yep, here the story hehehe

Awal Juni kemarin, tepatnya tanggal 2 Juni 2014, saya memulai praktik klinik stase maternitas di RSUD di kabupaten/kota Semarang. Praktik klinik ini dilaksanakan selama 4 minggu, dari tanggal 2-28 Juni 2014. Saya mendapat rezeki, praktik di RS X bareng ke 8 teman saya. Dua minggu pertama, saya dan keempat teman saya, yaitu Ayu, Fani, Inneke dan Ambar kebagian dinas di ruang VK a.k.a Verlous Kamer atau bahasa gaulnya ruang bersalin. Dan empat teman saya lainnya yaitu Aluh, Fitriya, Anis mamdeh, sama Kris dinas di ruang nifas.

Pertama kali saya sift disini, saya takut setengah mampus. Kenapa? Ya jujur saja saya ini paling takut sama orang melahirkan. Nah, berhubung saya dapat ruang bersalin mau tak mau saya harus berhadapan sama orang melahirkan. See? Betapa merinding disconya saya waktu pertama kali lihat partus (persalinan). Saat itu tanggal 3 Juni saya mendapat sift siang. Sekitar pukul 15.00 WIB ada pasien baru masuk dengan keluhan ketuban pecah dini. Ibunya masih muda, sekitar 21 tahunan gitu (berarti seumuran saya dong!). karena usia kehamilan yang sudah lebih bulan (disebut serotinus) maka si ibu harus segera melahirkan anaknya, apalagi air ketubannya sudah pecah. Cap cus deh bidan yang bertugas segera menyuntikan obat untuk merangsang kontraksi. Saya bareng praktikan bidan disuruh pengawasan per setengah jam untuk menghitung denyut jantung janin (DJJ) dll. Saya yang masih bau kencur di masalah kayak ginian cuma ngeliatin para calon ibu bidan bertugas. Ih, pinter banget deh mereka. Kayak udah nggak canggung gitu sama ibu hamil. Sebaliknya saya rada-rada gimana gitu waktu pertama kali megang perut ibunya buat pemeriksaan Leopold. It’s the first time to me for touch pregnant mother’s belly! Wooohhh! Rasanya lucu deh, saya bisa meraba dimana letak kepala sama bokong si janin. Menarik ya?

Sekitar pukul 18.00 WIB si ibu mengeluh kesakitan. Sampai ibunya meremas-remas tangan saya (suaminya mana? Suami?). duh sakit sih sebenernya dicengkeram kuat banget. Tapi saya yakin sakitnya saya nggak bisa ngalahin sakitnya ibu tadi.

Bidan yang bertugas segera melakukan pemeriksaan VT (Vaginal touch) untuk mengetahui penurunan janin, apakah sudah pembukaan lengkap atau belum. Dan ternyata..pembukaan sudah lengakp bo! Kita para praktikan disuruh membantu. Ada yang membantu megangin kaki ibu, membantu memberi minum ibu, memandu meneran, monitor tetesan infus dan kesadaran ibu, dll. Seru deh pokoknya. Waktu itu saya kebagian…megangin tangan ibunya sambil memberinya semangat! Hehe

Ibu bidan pun memimpin persalinan. Beneran deh ini mirip kayak di film-film tentang adegan melahirkan. Bedanya kalau di fim kebanyakan mereka mengejan sambil berteriak, ketahuilah para sutradara, aturan yang benar saat mengejan adalah tanpa ada suara, karena disitulah puncak kontraksi berada. Bersuara hanya akan membuat ibu cepat kehilangan energy dan ujung-ujungnya kelelahan. Setelah berkutat hampir 15 menit, si jabang bayi pun lahir. Kita semua mengucap syukur, terutama saya yang dari tadi sudah pucat pasi melihat keadaan ibu yang meneran terus menerus tapi bayinya nggak lahr-lahir. Saya bersyukur banget waktu itu saya nggak pingsan melihat begitu banyak darah. Si bayi yang ternyata berjenis kelamin laki-laki segera dialihtugaskan kepada perawat yang bertugas di perinatalogi untuk diperiksa antopometri dan dibersihkan. Aiiih, bayinya lucu banget loh, ganteng!

Itulah pengalaman pertama saya melihat partus. Ngilu-ngilu gimana gitu. Apalagi waktu ibunya harus di hecting alias dijahit karena laserisasi. Oh god! Saya seketika pengen meluk ibu saya. Saya yakin, para anak di dunia kalau baru pertama lihat persalinan normal yang dibayangin pertama kali adalah, “dulu ibu gue ngelahirin gue apakah sesakit ini juga?”. Yep, dan saya merasa bodoh seminggu ini belum sms ke ibu untuk mengirim kabar.

Selama dinas dua minggu di VK saya banyak mengalami kejadian-kejadian menarik. Saya suka dinas di VK karena bisa nonton adegan romantis gratis. Eh, jangan salah sangka dulu ya, maksudnya tuh banyak banget saya lihat pasangan muda yang menunjukan cinta mereka. Si istri mau lahiran, suaminya 24 jam mendampingi. Sampai ada loh yang kena pukul istrinya gara-gara istrinya gak kuat nahan sakit. Terus para bapak muda ini juga sabar banget menghadapi istri-istri mereka saat mereka kesakitan. Ada yang kasih ciuman di kening, elus-elus punggung, meluk istri, pegangan tangan, aiiiiih jadi mupeng kan? Haha.

Tapi ada juga kisah miris dibalik kisah-kisah romantis itu. Ada beberapa pasien usia muda (muda banget malah) datang tanpa suami. Mudahnya, mereka hamil di luar nikah. Mirissss banget saya lihatnya. Ada pasien 16 tahun, tanpa suami. Ngaku dihamilin pacarnya. Ini enggak tahu so sweet atau nggak, selama dirawat di RS, pacarnya setia mendampingi loh. Nona ini mengaku masih kelas 1 SMA!

Terus ada lagi pasien 19 tahun, mau curatge untuk membersihkan sisa-sisa aborsi. Jelasnya gini, si mbaknya sudah aborsi di tempat lain (hamilnya juga sama pacar) tapi masih ada sisa janin di dalam. Nah rencananya mau bersihin di RS. Duuuuh, Ya Allah, saya nggak habis pikir sama yang ginian. Kenapa nggak mau tanggung jawab sama apa yang udah diperbuat sih?

Dan terakhir yang paling heboh adalah pasien remaja usia 14 tahun yang hamil 9 bulan. Itu juga karena hamil di luar nikah, sama pacarnya yang usianya 17 tahun. Dan si nona 14 tahun ini masih kelas 1 SMP. Heran sungguh heran, memangnya pergaulan anak jaman sekarang separah apa sih? Dua minggu dinas di ruang bersalin, 3 kali dapat kasus beginian. Saya hanya bisa beristighfar, semoga dijauhkan dari godaan syetan.

Para bayi-bayi yang lahir dari rahim wanita-wanita ini tidak ada yang dosa, mereka lahir dalam keadaan suci. Mereka juga nggak bisa milih kan untuk dilahirkan dari ibu yang mana? Dari peristiwa ini semua saya banyak belajar. Saya harus membentengi diri saya dari godaan syetan, selalu ingat sama Allah, dan juga menghindari hal-hal yang bisa menyeret ke arah ini. Ngeri banget ngebayangin yang ginian, kesian baby-babynya!

Kebanyakan ibu-ibu muda yang super muda ini, tingkat emosionalnya belum stabil. Hamil dan melahirkan itu adalah peristiwa langka dimana Allah mengamahkan nyawa di dalam rahim wanita. Proses hamil dan melahirkan juga nggak gampang. Sembilan bulan membawa janin di perut, bayangkan gimana perasaan mereka yang kehamilannya gak diinginkan? Malu kan? Terus dikucilkan sama tetangga gara-gara hamil nggak ada suami. Bisa-bisa mereka depresi. Dan inilah yang saya lihat ada pada pasien dengan kehamilan di luar nikah. Mereka belum sepenuhnya menerima anak mereka.

Bayangkan saja, anak 14 tahun, melahirkan, punya anak. Dia harus menyusui dan merawat anaknya, padahal apa sih yang seharusnya dilakukan oleh anak usia 14 tahun? Ya, mereka seharusnya asyik belajar, bermain bersama teman-teman sebayanya, mencari sebanyak-banyaknya pengalaman, pengetahuan untuk bekal hidupnya di masa depan. Dan sejatinya mereka masih pantas untuk dirawat! Ya, bukan merawat.

Dari kisah-kisah ini saya cuma ingin mengajak kalian semua (yang baca tulisan saya ataupun yang nggak sengaja baca), yuk lindungi diri kita. Jika kalian masih remaja belasan tahun, jangan gegabah dalam melakukan suatu tindakan. Mungkin saat ini kalian sedang asyik-asyiknya ngegebet sana sini, punya pacar lebih dari satu, ingatlah wahai adikku, masa depan kalian tuh masih panjaaaaang banget. Jangan deh buat masa depanmu suram gara-gara hal beginian. Masa remaja itu masa yang paling nano-nano. Banyak banget kegiatan positive yang bisa dilakukan selain pacaran. Nasihat saya sih (ciee berasa dewasa banget hehe) pintar-pintarlah cari teman! Dan bekali masa remaja kalian dengan ilmu agama. Insha Allah jalan lurus akan kalian ambil 🙂

Dan hei, bagi kalian teman-teman seangkatan saya (usia 20 something hihi). Seharusnya kita sudah tahu mana yang baik dan mana yang buruk. Kita bukan lagi ababil unyu-unyu yang suka galau. Kita ini sudah beranjak dewasa, jadi saya yakin kawan-kawan semua sudah mengerti apa yang seharusya dilakukan 🙂

Ah, saya jadi inget percakapan saya sama oknum I

Saya: “Aku boleh pacaran nggak?”

Oknum I: “Siapa cowonya?

Saya: “Nggak ada. Aku kan Cuma Tanya, boleh pacaran nggak?”

Oknum I: “Hahaha dasar, dikira kamu ada yang pedekatein,”

Saya: “Ih ngejek ya. Kamu kan cowok ya, menurutmu apa sih manfaatnya pacaran bagi cewek?”

Oknum I: “Nggak ada! Kamu pokoknya jangan pacaran dulu. Pacaran itu banyak enaknya di cowok, banyak ruginya di cewek,”

Saya: “Ooh jadi karena banyak enaknya di cowok, jadi kamu pacaran?”

Oknum I: “Aku pacaran karena khilaf,hehe,”

Saya: “Hadeeeh kalau khilaf kok nyampe 4 tahun ya,”

Oknum I: “hahaha terserah deh. Pokoknya kamu jangan pacaran dulu. Titik. Selesein kuliah, kerja, baru nikah,”

Saya: “Oke. Siap bos!”

Ada-ada saja. Saya ketawa kalau ingat obrolan ini. Dari hari ke hari saya makin mengerti omongan Oknum I ini. Dia bener-bener mau ngingetin saya supaya jangan pacaran dulu. Banyak ruginya di cewek (dan enak di cowok). Ah, syudahlah, kalau ngomongin kayak ginian buntutnya saya bisa nulis berlembar-lembar lagi nih hehe.

Oke, ini sedikit cerita praktik klinik saya. Sebenernya masih banyak pengalaman, pelajaran yang saya dapatkan selama praktik klinik. Dilain waktu saya bisa sharing lagi. Sekarang saya ngantuk, habis dinas malam, saya pamit istirahat.

Semoga bermanfaat.

bonus hiburan, statusnya si Kris saat ada pasien baru.

status fb

Penulis:

Kimi no nawa~

6 tanggapan untuk “A Young Pregnant Mother. Did you think first before got pregnant?

  1. 14 tahun sdh hamil? Sedihnya dobel2 deh gw baca cerita ini. Selain miris bgt bayangin masa depan ibu ABG dan anaknya….. Trs aku udah nikah mo 7 thn blm jg dipercaya menerima amanah dr Alloh 😦 😦

    Loh kok curhat hihihi….

    Suka

    1. hai mba makasih sudah mampir dan berkoment ria hehe. iya mba, 14 tahun sudah hamil dan sebentar lagi melahirkan. Ternyata kasus seperti ini banyak terjadi di sekitar kita loh mba. Saya share sama temen yang beda tempat praktik juga banyak menemukan kasus ibu hamil tak bersuami, dan masih ABG. Miris memang.
      Insha Allah mba, tetap berusaha, semoga segera dikasih kepercayaan oleh Allah untuk mendapat momongan 🙂

      Suka

    1. iyaa..di sekitar kita ternyata banyak loh kasus seperti itu..miris memang. Hal sederhana yang bisa kita lakukan untuk mencegah hal tersebut adalah mulai dr diri sendiri dan keluarga dengan memberi pengetahuan yang sesuai porsinya bagi adik/saudara yang beranjak/sudah remaja 🙂
      terimakasih ya sudah mampir 🙂

      Suka

Tinggalkan komentar