Diposkan pada Cerita Sehari-hari

‘Catcalling’ Tak Bisa Ditoleransi

Assalamualaikum. Apa kabar Ramadhannya teman-teman? Semoga lancar yaa. Nggak kerasa ya udah masuk sepuluh hari terakhir ramadhan saja. Huhu. Sedih. Rasanya ramadhan cepet banget berlalu 😭.

Oya, kali ini saya pengin nulis terkait kasus yang akhir-akhir viral di dunia permedsosan. Terutama di IG dan Twitter. Yap tentang sexual harassment yang dialami oleh seorang social media influencer dan seorang penyanyi dangdut yang sedang naik daun. Kalau kalian ngaku anak IG pasti tahu lah siapa Gita Savitri Dewi aka @gitasav. Seorang hijaber dengan follower puluhan ribu dan akun yutub aktif dengan ber-K subscribernya. Hal ini berawal dari postingan Gita di snapgramnya yang menuliskan jika ada sebuah akun (cowok) yang DM ke gita dan melakukan sexual harassment (kalau ga salah mengajak gita untuk berhubungan seks). Iuuuh banget kan? Dan Gita ini nggak tinggal diam. Ia berani speak up agar kisahnya ini diketahui orang lain. Terlepas dari drama dengan akun bernama Helmi, saya sih setuju banget dengan cara Gita untuk berani bicara. Nggak diam aja dengan pelecehan seksual via media yang dialaminya. Ya, karena ini bukan masalah sepele. Satu lagi kisah pedangdut cantik, Via Vallen. Ia juga menulis disnapgramnya bahwa ada seorang laki-laki yang DM dan memintanya untuk menyanyi dengan baju seksi. Omg!
Di dunia pertwitteran, kisah mereka terblow up lebih massive lagi. Ada kubu pro and cons. Saya sih ga ikutan twitwor gitu yha. Cuma nyimak aja hehe. Dan dari kisah dua perempuan ini saya tertarik dengan tagar #SayaJuga yang juga menjadi trending setelah kasus mbak Gita dan mbak Via ini.

Jadi, tagar #SayaJuga berisi tentang curhatan para perempuan tentang sexual harrasment yang mereka alami. Ya Allah saya bacanya sampai ngeri ngeri gitu. Ada yang berkisah pernah diremas payudaranya oleh laki-laki asing, dicium pipi, dipepet di commuter line dan kisah tragis lainnya. Duh serem amat ya!

Dan rata-rata mereka mulai mengalami pelecehan seksual dari kecil, sebagian besar mulai usia SD-SMP.
Apa sih sexual harassment atau pelecehan seksual itu?
Menurut wikipedia, Pelecehan seksual adalah perilaku pendekatan-pendekatan yang terkait dengan seks yang diinginkan, termasuk permintaan untuk melakukan seks, dan perilaku lainnya yang secara verbal ataupun fisik merujuk pada seks. Pelecehan seksual dapat terjadi di mana saja baik tempat umum seperti bis, pasar, sekolah, kantor, maupun di tempat pribadi seperti rumah.
Dalam kejadian pelecehan seksual biasanya terdiri dari 10 persen kata-kata pelecehan, 10 persen intonasi yang menunjukkan pelecehan, dan 80 persen non verbal.

Membaca tagar #SayaJuga saya jadi teringat kejadian 3 bulan yang lalu. Saya alami sendiri di gang dekat kosan. Saat itu pagi hari sekitar jam 9, saya akan pergi membeli sarapan di warung ujung gang. Untuk sampai di warung nasi tersebut saya harus melewati sebuah bengkel las dimana notabene semua pekerjanya adalah laki-laki. Dan apa yang terjadi saat saya melewati mereka? Ya, mereka melakukan catcalling.

“Assalamualaikum cantik.., sendirian aja?”

“Neng mau kemana?”

“Aduh si Nengnya bikin pengin nemenin,”

Dan sebagainya. Padahal waktu itu pakaian saya tertutup loh (pake jilbab inshaa Allah nutup dada, dan pake rok). Saya hanya lupa ga pake masker. Ada pula yang nambahin pake siulan. Menjijikan. Saya pun mempercepat langkah dan berusaha tidak mempedulikan yang ternyata gagal karena saya kepikiran terus sampai selesai sarapan. “Gimana nih pulangnya? Masa aku harus nglewatin mereka lagi?” Sempat bimbang karena gang itu adalah satu-satunya jalan yang paling dekat menuju kosan. Ada jalan satu lagi tapi memutar jauh. Setelah pergulatan batin, saya akhirnya memilih lewat jalan tadi sambil terus berdoa. Mencoba secepat mungkin melewati mereka. Ada seorang pekerja yang tiba-tiba berdiri di pinggir jalan. Saya sudah curiga tuh, mau ngapain nih masnya? Saya harus waspada. Hingga akhirnya saat saya melewati si masnya, dia tiba-tiba mendekatkan tubuhnya ke arah saya dengan posisi hendak mencium wajah saya. Saya refleks menghindar dan langsung berjalan cepat menghindari mereka. Kesalnya saya mendengar teman-teman laki-laki itu malah bersorak dan tertawa. Dan kalau saya nggak salah denger si mas yang nyebelin itu bilang “yah gagal,”. See? Bikin kesel banget gak sih? Sampai kosan, saya menangis dan saya trauma melewati gang tersebut saat bengkel las itu buka. Sedihnya saya, kenapa dari sekian banyak laki-laki disana (sekitar 4-5 orang) ga ada yang negur mas mas nyebelin tadi? Kenapa malah pada ketawa? Apanya yang lucu coba?
Sejak itu saya selalu pasang alert alarm kalau lewat bengkel itu meski naik ojek pun. Dan kemana pun saya pakai masker! Trauma ini masih membekas loh sampai sekarang. Alhamdulillah sih nggak sampai nyentuh apa-apa tuh sih mas mas nyebelin. Kalau sampai iya pengin saya tendang. Saat nulis ini pun masih kesel bangeeettt.
Bagi laki-laki yang baca ini please jangan sekali-kali ngelakuin catcalling, bikin siulan ga jelas saat ada cewek lewat, even menatap cewek segitunya pun jangan. Risih sekali tau. Dan bagi cewek-cewek, sekecil apa pun bentuk sexual harassment jangan dianggap remeh. Saya nyesel sih kenapa waktu kejadian itu ga teriak? Kenapa cuma lari? 😢 yang jelas saat itu saya takut. Contoh yang saya alami ini adalah masuk kategori street harassment. Ada juga loh yang masuk ke kategori public transportation harrasment. Contohnya di commuter line atau busway bahkan ojek online pun bisa. Makanya kalau naik KRL di jam jam padat saya selalu menghindari deket bapak-bapak/mas-mas. Kalau harus berdiri, saya lebih memilih berdiri depan ibu-ibu/mbak-mbak. Kalau terpaksa deket laki-laki saya pasti selalu dalam keadaan body alert. Nempel dikit, geser coy. Geser ga mempan? Lirik maut coy. Ga mempan juga? Pindah atau panggil PKD.
Semoga kalian para wanita selalu dilindungi dimana pun kalian berada ya.

Sebenernya ada kisah lain lagi terkait sexual harrasment ini. Kejadiannya saat saya masih duduk kelas 6 SD. Ini bukan saya yang mengalaminya, saya hanya saksi mata. Teman sekelas saya yang menjadi korban. Saya nggak mau cerita detail kalau yang ini, soalnya kan menyangkut privacy teman saya juga. Dulu mikirnya, “oh si B cantik jadi disayang banyak orang,”. Dan ternyata ada sebuah kejadian yang sebenarnya adalah pelecahan seksual. Cuma saat itu saya yang masih bocah bingung mau ngomong ke siapa. Teman saya yang jadi korban pun diam saja. Nggak berani bilang ke orang tuanya. Seiring waktu berlalu dan semakin bertambah pengetahuan, saya sadar jika dulu yang dialami oleh teman saya adalah termasuk pelecehan seksual. Kasian : ( semoga sekarang dia baik-baik saja.

Semoga dengan tulisan ini bisa bermanfaat ya teman-teman. Silahkan ambil yang baik dan buang yang buruk 😊.

Penulis:

Kimi no nawa~

15 tanggapan untuk “‘Catcalling’ Tak Bisa Ditoleransi

  1. I feel bad for you.

    Selalu waspada ya kemana aj, terus jgn terkecoh mas2 yg nanya jalan atau informasi, nanti klu kita lengah, doi bs lg meremas/menyentuh bagian tertentu dan kabur, temen sy wktu SD gitu, ada mas2 pake motor pura2 nanya ;(

    iya sedih bgt yg nyinyirin aksi speak upnya via vallen khususnya, banyak yg ga paham klu pelecehan seksual itu tidak melulu scr fisik, tp scr kata2

    Suka

    1. Iya Rissa, apalagi sekarang ku tinggal di ibukota. Serem juga kalau pulang kerja malam-malam nglewatin gerombolan bapak2 atau mas mas yang lagi pada nongkrong pinggir jalan huhu.

      Suka

  2. Saya turut prihatin dengan apa yg pernah kamu alami.. Semoga tidak terjadi lagi.. Saya juga turut prihatin dengan pemahaman sebagian orang tentang definisi pelecehan seksual itu sendiri (sama kayak komentar di atas), ditambah lagi ada aspek budaya yg seolah-olah “wajar” jika laki-laki “menggoda” perempuan seenak udelnya.. Saya sendiri juga mengalami pelecehan seksual ini, dalam bentuk catcalling dan bentuk lainnya tapi tidak sampai melibatkan kontak fisik.. Jadi kepikiran apa saya tulis di blog aja ya buat berbagi kisah.. #metoo #speakup
    BTW, makasih sudah berbagi cerita..

    Disukai oleh 1 orang

    1. Halo mbak, terima kasih ya mbak. Iya betul sekali loh, pelecehan seksual itu membekas 😭 susah ngilangin trauma. Even secara verbal seperti catcalling, saya jadi trauma/takut lewat gerombolan laki-laki yg lagi pada nongkrong ga jelas di pinggir jalan. Makanya skrg kemana-mana saya pakai masker.
      Boleh mbaak. Share aja kisahnya di blog.:)

      Suka

    1. Iya mas ngeri. Apalagi kalau baca kisah kisah sexual harrasment lewat tag #sayajuga di twitter.
      Tapi sepertinya tergantung laki-lakinya juga. Saya waktu itu pakai rok, jilbab nutup dada, masih juga digodain, masih mengalami catcalling. Entahlah, kalau sudah seperti ini harus gimana lagi? 😢

      Disukai oleh 1 orang

      1. Suami mana suami? 😂😂 belum ada suami mas 😅.
        Iya sih, pada akhirnya aku menghindari lewat situ. Meski jadi merepotkan karena itu jalan utama yang paling dekat dan mudah nyampe halte busway.

        Disukai oleh 1 orang

  3. Kurang asupan pendidikan, kurang asupan agama. Laki-laki kayak gitu susah sembuhinnya. Meski begitu, senang ada perempuan yang bersuara tentang pelecehan seksual ini. Moga pelan-pelan masyarakat bisa menumpasnya

    Disukai oleh 1 orang

  4. Ini hanya opini saya, menurut saya ada kolerasi antara attitude dan pendidikan formal, agama, dan kondisi ekonomi.

    Sayangnya masyarakat umum juga secara tidak langsung membiarkan hal itu menjamur, entah karena cuek tidak perduli, maupun menganggap hal seperti itu normal.

    Yang saya lihat dan dengar, kebanyakan orang yang melakukan catcalling adalah kalangan menengah kebawah, mohon maaf tapi itu fakta. Kalau dibandingkan, misalnya berjalan melewati sekumpulan supir angkot yang sedang nongkrong, dan melewati sekumpulan pengusaha, sudah jelas siapa yang akan melakukan catcalling.

    Pendidikan disekolah juga rasanya sangat kurang materi tentang moral, semua tentang ilmu pasti yang sebagian besar tidak berguna untuk kelak di dunia profesional. Sangat berbeda dengan kurikulum di luar negeri, maupun international school.

    Saya pernah punya pengalaman ngga enak, saat itu saya dan pacar saya ingin naik bus transjakarta saat sore hari, padat dan sumpek sekali kondisi di haltenya. Saat bus datang, pintu terbuka, banyak orang berdesakan pula ingin masuk dan keluar.

    Jadi orang2 saling dorong dan senggol. Tiba2 ada pria paruh baya yang mau masuk keluar, tapi mendorong pacar saya ke samping tapi tangannya di payudara pacar saya. Logikanya, kalau ingin mendorong atau gimana, masa tangan tepat di sana?. Dan rasanya tidak etis jika mendorong atau menyenggol siapapun baik pria atau wanita, karena dengan dorongan atau tidak, kita juga akan bisa keluar dari bus kan, sesak padat pun cuma butuh 20 detik untuk keluar bus, simple logic.

    Sontak saya marah dong, saya tarik tangan orang itu ke pinggir, mirisnya dia lagi menggendong bayi. Kasihan sekali anak itu dibesarkan oleh ayah seperti itu. Saya tegur baik-baik pria itu dengan bahasa sopan dan nada rendah, eh dia malah balas nyolot, dengan nada tinggi bilang ke saya “Apa lu, ngajak ribut ?!”, emosi naik dong, saya balas nyolot lah “Hayu ribut, biar bayinya digendong pacar saya dulu, biar kita bisa berantem sekarang!”, eh dia malah ciut kaya tempe, cuma diam melihat saya.

    Nah disana jadi heboh tuh, orang2 banyak yang menonton, lalu petugas transjakarta juga ada yang melerai, menanyakan ada apa ini, saya menjelaskan kalau orang itu melakukan pelecehan dengan memegang payudara pacar saya, dia cuma bilang “Sudah-sudah tidak usah sampai berantem”, dan ada pria lain yang bilang ke saya, “Sudah, kamu jangan sok jagoan, pergi sana!”, What ? Siapa yang salah disini ? Saya bukan sok jago, saya ini termasuk orang yang jarang sekali dan susah marah.

    Saya jadi teringat joke yang sebenarnya memang benar maknanya, “Berdebat dengan orang pintar, susah menang. Berdebat dengan orang bodoh, ngga akan menang”. Malas rasanya ingin berdebat menjelaskan lagi ini itu dengan orang seperti itu, akhirnya saya masuk ke bus way. Sepertinya wanita-wanita banyak yang mendukung tindakan saya, walau tidak mengeluarkan kata-kata, mereka melihat saya dan tersenyum, ada yang sedikit menunduk juga. Tapi yang pria cuek saja, ada juga yang sepertinya tidak suka dengan kelakuan saya, saya curiga mereka berotak mesum juga… wkwkwk

    Kejadian kedua suatu saat ingin naik ke jembatan penyeberangan, trotoarnya cenderung kecil di jalan itu, saya dan pacar berpapasan dengan bapak tua, kira2 50th. Karena sempit, bapak itu mengalah menyerongkan badannya, tapi mengelus elus lengan pacar saya. Saya tegur, dia cuma menunduk dan cuek pergi.

    Kejadian lain saat saya sedang jalan sendiri di trotoar, ada seorang wanita sedang menunggu angkot sepertinya, di arah berlawanan ada 3 orang pria berjalan. Jalan saat itu sepi, saya mendengar dan melihat, mereka catcalling, bersiul2, terus menggoda dengan bahasa jorok, ada salah seorang yang melet2 lidahnya juga. Saya berhenti di belakang wanita itu, takutnya mereka melakukan tindakan fisik.

    Wanita itu ngomel2 meminta mereka untuk pergi, tapi mereka berdiri depan wanita itu sambil terus berkata jorok. Saya mengusir mereka, dan akhirnya saya dipaksa ke gang kecil di dekat kami, dan kami berantem disana, bonyok2 semua, saya bonyok, mereka bonyok.

    Bisa dibilang, sebenarnya pelaku2 ini tidak sadar, atau tidak mau mengakui kalau mereka itu salah. Mau didebatin, mau di nasihatin, tidak ada ujungnya.

    Akhirnya saya sudah tidak pernah pakai transportasi umum, cuma bikin emosi, untungnya sekarang saya ada kendaraan sendiri juga.

    Untuk wanita, berhati-hatilah terlebih saat jalan kaki dan naik angkutan umum. Lebih baik naik grab atau taxi terdaftar.

    Suka

Tinggalkan komentar